MUSEUM FATAHILLAH,
SEJARAH DIBALIK GEMERLAP IBU KOTA
Mendengar kota Jakarta kita akan langsung terbayang suasana
kota metropolitan dengan hiruk pikuk kemacetan, dan gedung-gedung pencakar
langit. Namun jika kita pergi ke sebelah barat Ibu Kota Indonesia ini, kita
akan menemukan tempat dengan suasana yang berbeda. Kawasan Kota Tua itulah nama
daerahnya. Kawasan ini merupakan saksi bisu perkembangan sejarah kota Jakarta
dari masa Kerajaan Padjadjaran sampai masa penjajahan Belanda dan Jepang. Di
Kawasan Kota Tua kita akan disuguhkan dengan gedung-gedung peninggalan masa
penjajahan yang beberapa di antaranya dijadikan museum. Museum Fatahillah
adalah salah satu di antaranya yang menyimpan banyak peninggalan-peninggalan
penting dalam sejarah Kota Jakarta bukan hanya bisa dijadikan sebagai sarana
rekreasi namun bisa menambah wawasan pengunjung akan nilai-nilai sejarah Kota
tersebut.
Museum Fatahillah menyajikan kita berbagai macam pameran,
mulai dari sejarah perkembangan pembangunan Kota Jakarta yang kita tahu
mengalami beberapa pergantian nama. Dimulai dari ketika awal berdirinya
kerajaan Padjadjaran nama Jakarta adalah Sunda Kelapa kemudian datanglah Raden
Fatahillah dan mengubah nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta pada 22 Juni 1527
dan tanggal tersebut sekarang diperingati sebagai hari lahir kota Jakarta.
Namun setelah kedatangan Belanda nama Jayakarta diubah menjadi Batavia. Nama
Jakarta mulai digunakan ketika masa penjajahan Jepang. Bukan hanya itu di dalam
Museum Fatahillah kita akan menemukan banyak benda-benda menarik seperti
Prasasti Ciaruteun, Prasasti Batu Tulis, patung Raden Fatahillah, koleksi
benda-benda kuno dan masih banyak lagi.
Museum Fatahillah ini terdiri dari tiga lantai. Pada
lantai pertama ketika masuk kita akan disuguhkan dengan tulisan-tulisan yang
menjelaskan sejarah pembangunan kota Jakarta, dan Prasasti-prasasti bekas
peninggalan Kerajaan Padjadjaran dan kerajaan lainnya. Di lantai ke dua kita
akan menemukan berbagai macam barang-barang tang terbuat dari kayu yang umurnya
sudah puluhan bahkan ratusan tahun yang masih kokoh bertahan sampai sekarang misalnya lemari kayu yang ukurannya sangat
besar hampir menutupi seluruh bagian dinding museum, meja bundar, kursi,
pembatas dinding dan lain sebagainya. Di bagian bawah kita akan menemukan
penjara bawah tanah yang pada masa dulu Pangeran Diponegoro pernah dipenjara di
tempat tersebut.
Menghabiskan waktu liburan mengunjungi Museum yang satu
ini tidak akan membuat kita menyesal, pasalnya selain bisa menambah wawasan
kita akan sejarah yang paling penting adalah kita tidak perlu merogok kocek
dalam-dalam karena biaya masuk ke dalam museum ini terbilang murah apalagi bagi
pengunjung yang berstatus pelajar atau mahasiswa akan diberikan diskon. Maka
dari itu jika Anda sekalian bingung mencari destinasi liburan yang menarik juga
edukatif, Anda bisa mengajak keluarga dan sahabat untuk datang ke Museum ini.
0 komentar:
Post a Comment