Sumber :www.google.com |
PERADABAN ISLAM DI
AFRIKA
Penyebaran Islam di Afrika bermula pada masa Nabi
Muhammad ketika ada kontak pertama kali antara Islam dengan Afrika, yaitu
setelah para sahabat hijrah ke Habsyi dan mendapatkan sambutan baik dari raja
Najjasyi maupun penduduk setempat. Penyebaran Islam kemudian dilanjutkan pada
masa Khalifah Umar Ibn Khattab dengan mengutus Amr ibn 'Ash. Pasukan muslim
dibawah panglima Amr ibn 'Ash berhasil memasuki Mesir dengan mengelahkan
tentara Bizantium yaitu pada tahun 639-644 M, dan mendirikan kota Fusthat
sebagai ibu kota pertama di wilayah Afrika.
Afrika utara
adalah bagian dari daerah di benua Afrika di mana budaya dan
penduduknya berbeda dengan daerah-daerah di Afrika lainnya. Afrika Utara
adalah sebuah kehidupan masyarakat Barbar yang bersifat kesukuan,
berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain dan patriarkhi. Penduduk
Afrika Utara sebagian besar termasuk ras kulit putih dan merupakan penutur
bahasa Afro-Asia. Sebelum Islam masuk ke daerah Afrika Utara, daerah ini
merupakan daerah dibawah kekuasaan Romawi. Secara geografis, Afrika Utara
merupakan wilayah bergurun. Dalam terminologi Arab, daerah ifriqiyah merupakan
bagian dari Afrika Utara yaitu wilayah Libya, Tunisia, Al-Jazair, dan Maroko.
Seluruh wilayah tersebut oleh orang-orang Arab dikenal dengan sebutan Al-Maghribi.[1]
Penyebaran Islam mengalami kemajuan pesat ketika pada
masa Muawiyah ibn Abi Sofyan dengan mengutus seorang yang bernama Uqbah ibn
Nafi' menjadi gubernur di Afrika pada 666 M dan menjadikan kota Qayrawan
sebagai ibu kota. Dengan keberaniannya, ia membersihkan pengacau dan sekaligus
memulihkan keadaan, ia merupakan orang pertama yang menembus padang pasir
Sahara.
Masuknya Islam ke Afrika Utara merupakan momen penting
bagi masa depan Islam secara keseluruhan di benua Afrika dan daratan Eropa yang
selama berabad-abad berada dibawah kekuasaan Kristen. Dalam peradaban Islam,
Afrika Utara tidak dapat dilupakan begitu saja. Hal ini dikarenakan Afrika
Utara merupakan pintu masuk dari sentral penyebaran Islam, yakni Timur Tengah.
Bukti kemajuan di Afrika Utara dalam peradaban Islam adalah dalam bidang
arsitektur, seni, dekorasi dan intelektual. Diantara tokoh yang terkenal dalam
bidang intelektual adalah Ibn Batuta (Biologi), Ibnu Khaldun (sosiologi) dan
Ibn Zuhr.[2]
Perjalanan panjang penyebaran Islam tidak serta merta
berjalan dengan mudah, akan tetapi melalui beberapa rintangan baik rintangan
dari dalam maupun dari luar. Pergolakan politik yang terjadi dalam pemerintahan
pada saat itu, dimanfaatkan oleh bangsa Barbar untuk melakukan pemberontakan.
Pemberontakan silih berganti baik yang dilakukan orang-orang Berber sendiri
dengan maksud melepaskan diri dari kekuasaan orang Islam. Misalnya, pemboikotan
yang dilakukan oleh Kusailah pada masa Muawiyah. Pada tahun 683 M orang-orang
Islam di Afrika Utara mengalami kemunduran karena orang-orang Barbar di bawah
pimpinan Kusailah bangkit memberontak dan mengalahkan 'Uqbah di Tahuza pada
saat pulang ke ibu kota Qayrawan. Dia dan pasukannya tewas dalam pertempuran
tersebut.
Rintangan dari pihak luar, misalnya, keinginan bangsa
Romawiatas wilayah Afrika maupun penjajahan bangsa Eropa. Pada saat
pemerintahan dipegang oleh Abdul Malik ibn Marwan pada masa Daulah Umayyah,
Afrika Utara dapat direbut kembali dari kekuasaan Romawi dan berhasil
mengalahkan perlawanan bangsa Barbar.
Sumber :www.google.com |
Dinasti-dinasti yang ada di Afrika
Dinasti Murabbitun
Dinasti Murabbitun adalah salah satu dinasti Islam
yang berkuasa di Maghribi. Mula-mula pemimpin Shanhaja, Yahya ibn Ibrahim,
berangkat haji dan sekembalinya dari Arabia, dia mengundang seorang alim yang
terkenal di Maroko yaitu Abdullah ibn Yasin untuk berdakwah ditengah kaumnya.
Kelompok ini berawal dari 1000 anggota pejuang yang kegiatan mereka menyebarkan
agama Islam dengan mengajak suku-suku lain untuk memeluk agama Islam. Wilayah
mereka meliputi Afrika Barat Daya dan Andalus dengan beribu kota di Marakesyi
(1056-1147).
Pada
saat kepemimpinan dipegang oleh Abu Bakar, ia meneruskan penaklukan ke Sahara
Maroko dan lambat laun mengembangkan sistem kesultanan. Dan pada masa
kepemimpinan Yusuf Tasyfin, Murabbitun mengalami kejayaan dan menyeberang ke
Spanyol kemudian berhasil merebut Granada dan Malaga. Mulai saat itulah ia memakai
gelar Amir al-Mukminin.
Dinasti al-Muwahhidun
Berdirinya dinasti al-Muwahhidun (1130-1269 M) ini
berangkat dari reaksi kekecewaannya atas al-Murabbitun yang telah melanggar dan
banyak menyimpang dari aqidah. Dinasti al-Muwahhidun dapat mengalahkan
Murabbitun dan menjadikan Marakesy sebagai ibu kota, dan kekuasaannya meliputi sebagian wilayah
Andalus.[26] arakesy merupakan daerah yang tidak kalah pentingnya dengan
Baghdad yaitu sebagai kota peradaban dan ilmu pengetahuan. Abdullah ibn Tumart,
seorang sufi masjid Cordova pada masa akhir Murabbitun, melihat kemungkaran dan
sepak terjang kaum Murabbitun yang sudah tidak mengikuti aqidah Islam dan
berkeinginan untuk memperbaikinya.
Setelah ia selesai belajar dengan al-Ghazali, ia pun
mengkritik dan mencela perbuatan raja-raja Murabbitun karena menurut
keyakinannya tidak mengikuti sunnah Rasul. Pengikut Abdullah disebut muwahhidun
yaitu bala tentara tauhid. Meskipun ibn Tumart adalah pencetus dinasti
al-Muwahhidun namun ia tidak pernah menjabat sebagai sultan dan justru yang
terkenal adalah Abd. al-Ma'mun yang awalnya sebagai panglima dan memimpin selama
33 tahun dan berhasil membawa kemajuan dengan pesat.
Dinasti Fatimiah
Berdirinya Dinasti ini bermula menjelang abad ke-X,
ketika kekuasaan Bani Abbasiyah di Baghdad mulai melemah dan wilayah
kekuasaannya yang luas tidak terkordinir lagi. Kondisi seperti inilah yang
telah membuka peluang bagi munculnya Dinasti-Dinasti kecil di daerah-daerah,
terutama di daerah yang Gubernur dan sultannya memiliki tentara sendiri.
Kondisi ini telah menyulut pemberontakan-pemberontakan dari kelompok-kelompok
yang selama ini merasa tertindas serta memberi kesempatan bagi kelompok Syi’ah,
Khawarij, dan kaum Mawali untuk melakukan kegiatan politik.
Dinasti Fathimiyah bukan hanya sebuah wilayah
gubernuran yang independen, melainkan juga merupakan sebuah rezim revolusioner
yang mengklaim otoritas universal. Mereka mendeklarasikan adanya konsepimamah
yakni para pemimpin dari keturunan Ali yang mengharuskan sebuah redefinisi
mengenai pergantian sejarah Imam atau mengenai siklus eskatologis sejarah.
Kekhalifahan ini lahir di antara dua kekuatan besar yaitu Abbasiah di Baghdad
dan Umayyah di Cordova.
Sumber:
Karim,
M. Abdul. Sejarah Pemikiran Dan Peradaban
Islam. Yogjakarta: Pustaka Book Publisher, cet; II, 2009.
Bosworth,
C. E. 1983. Dinasti-Dinasti Islam.
Bandung: Mizan.
Baca Juga PERADABAN ISLAM DI INDIA
0 komentar:
Post a Comment