Sumber :www.google.com |
PERADABAN ISLAM DI
NUSANTARA
Kedatangan
Islam di Indonesia
Sejak zaman
prasejarah, penduduk kepulauan Indonesia dikenal sebagai pelayar-pelayar yang
sanggup mengarungi lautan lepas. Sejak awal abad Masehi sudah ada rute-rute
pelayaran dan perdagangan antara kepulauan Indonesia dengan berbagai daerah di
Asia Tenggara.[1]
Pelabuhan-pelabuhan penting di Sumatra dan Jawa antara abad ke-1 dan ke-7 M
sering disinggahi pedagang asing, seperti Lamuri (Aceh), Barus dan Palembang di
Sumatera, (Sunda Kelapa dan Gresik di Jawa).[2]
Pedagang muslim asal Arab, Persia, dan India juga ada yang sampai ke kepulauan
Indonesia untuk berdagang sejak abad ke-7 M (abad 1 H), ketika islam pertama kali
berkembang di Timur Tengah, jauh sebelum ditaklukan portugis (1511), merupakan
pusat lalu lintas perdagangan dan pelayaran.
Sampai
berdirinya kerajaan-kerajaan islam, perkembangan agama Islam di Indonesia dapat
dibagi menjadi tiga fase. (1) Singgahnya pedagang-pedagang islam
dipelabuhan-pelabuhan Nusantara. Sumbernya adalah berita luar negeri, terutama
Cina, (2) Adanya komunitas-komunitas Islam di beberapa daerah kepulauan
Indonesia. Sumbernya adalah disamping berita-berita asing, juga makam-makam islam,
dan (3) Berdirinya kerajaan-kerajaan islam.[3]
Kondisi
dan Situasi Politik Kerajaan-kerajaan di Indonesia
Cikal bakal
kekuasaan Islam telah dirintis pada periode abad 1-5 H/7-8 M, tetapi semuanya
tenggelam dalam hegemoni maritim Sriwijaya yang berpusat di Palembang dan
kerajaan Hindu-Jawa seperti Singasari dan Majapahit di Jawa Timur. Pada periode
ini para pedagang dan mubalig muslim membentuk komunitas-komunitas islam.
Masuknya islam ke daerah-daerah Indonesia tidak bersamaan. Disamping itu
keadaan politik dan sosial budaya daerah-daerah ketika didatangi islam juga
berlainan.
Sumber :www.google.com |
Saluran
dan Cara-cara Islamisasi di Indonesia
Menurut Uka
Tjandrasasmita, prorses masukya Islam ke Nusantara yang berkembang ada enam
saluran,[4]
yaitu:
1. Perdagangan
Pada taraf permulaan, proses masuknya
Islam adalah melalui perdagangan. Kesibukan lalu-lintas perdagangan pada abad
ke-7 hingga ke-16 membuat pedagang-pedagang Muslim (Arab, Persia dan India)
turut ambil bagian dalam perdagangan dari negeri-negeri bagian Barat, Tenggara dan
Timur Benua Asia.
2. Perkawinan
Dari sudut ekonomi, para pedagang
Muslim memiliki status sosial yang lebih baik daripada kebanyakan pribumi,
sehingga penduduk pribumi terutama puteri-puteri bangsawan, tertarik untuk
menjadi isteri saudagar-saudagar itu. Sebelum dikawin mereka diislamkan
terlebih dahulu. Setelah mereka mempunyai keturunan, lingkungan mereka makin
luas, akhirnya timbul kampung-kampung, daerah-daerah dan kerajaan Muslim.
3. Tasawuf
Pengajar-pengajar tasawuf atau para
sufi mengajarkan teosofi yang bercampur dengana ajaran yang sudah dikenal luas
oleh masyarakat Indonesia. Mereka mahir dalam soal magis dan mempunyai
kekuatan-kekuatan menyembuhkan. Di antara mereka juga ada yang mengawini
puteri-puteri bangsawan setempat. Dengan tasawuf, “bentuk” Islam yang diajarkan
kepada penduduk pribumi mempunyai persamaan dengan alam pikiran mereka yang
sebelumnya menganut agama Hindu, sehingga agama baru itu mudah dimengerti dan
diterima. Di antara ahli-ahli tasawuf yang memberikan ajaran yang mengandung
persamaan dengan alam pikiran Indonesia pra-Islam itu adalah Hamzah Fansuri di
Aceh, Syekh Lemah Abang, dan Sunan Panggung di Jawa. Ajaran mistik seperti ini
masih dikembangkan di abad ke-19 M bahkan di abad ke-20 M ini.
4. Pendidikan
Islamisasi juga dilakukan melalui
pendidikan, baik pesantren maupun pondok yang diselenggarakan oleh guru-guru
agama, kiai-kiai dan ulama. Di pesantren atau pondok itu, calon ulama, guru
agama dan kiai mendapat pendidikan agama.
5. Kesenian
Saluran Islamisasi melaui kesenian
yang paling terkenal adalah pertunjukan wayang. Dikatakan, Sunan Kalijaga
adalah tokoh yang paling mahir dalam mementaskan wayang. Dia tidak pernah
meminta upah pertunjukan, tetapi ia meminta para penonton untuk mengikutinya
mengucapkan kalimat syahadat.
6. Politik
Di Maluku dan Sulawesi Selatan,
kebanyakan rakyat masuk Islam setelah rajanya memeluk Islam terlebih dahulu.
Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di daerah ini. Di
samping itu, baik di Sumatera dan Jawa maupun di Indonesia Bagian Timur, demi kepentingan
politik, kerajaan-kerajaan Islam memerangi kerajaan-kerajaan non Islam.
Kemenangan kerajaan Islam secara politis banyak menarik penduduk kerajaan bukan
Islam itu masuk Islam.
Sumber:
Yatim, Badri. 2008. Sejarah Peradaban
Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Halaman :
191-193
: 200-204
0 komentar:
Post a Comment